20 December 2015

Hidup adalah Perjuangan

Sepasang suami istri miskin bernama  Charles Chan dan Lee Lee Chan adalah pengungsi perang sipil Tiongkok, yang tinggal di kawasan kumuh Hongkong pada tahun 1954.

Sang suami adalah kuli kecil, dengan gajinya yang sangat kecil.

Saat sang istri sudah hamil tua, karena tidak memiliki uang untuk melakukan operasi caesar yang begitu mahal, maka sang istripun harus menderita untuk menunggu kelahiran bayinya secara normal.

Sang bayi tidak juga lahir seperti bayi umumnya.

Bayi ini berada dalam kandungan ibunya selama 12 bulan, 3 bulan lebih lama dari kelahiran bayi umumnya.

Namun setelah menunggu hampir satu tahun, tidak ada tanda tanda sang ibu akan melahirkan secara normal, sehingga akhirnya dokter pun memaksa untuk melakukan operasi caesar, demi keselamatan nyawa ibu dan bayinya.

Ayahnya yang miskin dengan gajinya yang sangat kecil itu tentunya tidak sanggup untuk membayar biaya operasinya sehingga terlilit hutang besar pada lintah darat.

Karena ketidak-mampuannya membayar hutang, maka lintah darat pun mendesak keluarga ini untuk segera menjual bayinya, agar bisa menebus hutang-hutangnya.

Kesedihan dan ketakutan yang luar biasa merundung keluarga miskin ini.

Bayi mereka dipaksa untuk dijual demi membayar hutang-hutang mereka yang sangat banyak.

Dengan perasaan takut dan sedih pasangan ini mencoba segala jalan untuk mendapatkan uang.

Setelah kesana kemari berjuang mencari uang, singkat cerita akhirnya ada seorang teman yang bersedia membantu melunasi hutang-hutang tersebut dan bayi pun bisa diselamatkan.

Untuk membesarkan sang bayi, juga bukan suatu hal yang gampang bagi mereka, mereka sekeluarga terpaksa tinggal di kawasan miskin di Hong Kong, dengan hidup yang sangat sederhana dan merana.

Kehidupan mereka mulai sedikit membaik, ketika sang ayah mendapat pekerjaan sebagai juru masak di kedutaan Hong Kong di Australia.

Pemindahan yang mendadak ke Australia, tentu membawa kerepotan sendiri bagi anaknya yang baru berusia 7 tahun, karena sulit mengikuti pelajaran disana dalam bahasa ibunya yang berbeda.

Terpaksa ayahnya mengirimkan balik anaknya ke Hong Kong.

Ia bukan dikirim ke sekolah biasa, tetapi malah dimasukan ke Sekolah Opera Peking.

Walaupun sang anak harus menjalankan berbagai latihan berat untuk belajar berbagai ketrampilan seperti, bernyanyi, menari, berakting opera, akrobatik dan bela diri, ia tetap menyukainya dan merasa betah.

Ia baru meninggalkan sekolahnya setelah belajar selama 10 tahun lamanya, dibandingkan anak anak lain yang hanya belajar 2-3 tahun saja.

Dengan penuh keyakinan, ia mulai terjun ke masyarakat mencari pekerjaan yang membutuhkan ketrampilannya.
Kebetulan seorang produser yang sedang kebingungan mencari peran pengganti, stuntman, dalam berbagai adegan berbahaya, tanpa pikir panjang ia langsung menerima adegan itu.

Bayi itu bernama Chan Kong-Sang, yang memiliki arti lahir di Hongkong pada 7 April 1954, dan sekarang kita kenal dengan nama Jackie Chan.

Ketika kecil, Chan juga mendapat julukan Pao Pao yang berarti bocah peluru.

Pemberian nama ini bukannya tanpa alasan, karena Chan ketika kecil dikenal sebagai anak yang memiliki karakter yang lincah dan memiliki berat sekitar 5,4 kg.

Dengan kerja keras dan keteguhan hati, Jackie Chan telah mengubah nasibnya. Hampir 100 film telah diperankannya, dan hampir semua mencapai box office.

Jackie Chan kini telah menjadi bintang film dengan kekayaan lebih dari USD 130 juta.

"JANGAN BIARKAN KEADAAN MENGENDALIKANMU, ENGKAULAH YANG HARUS MENGUBAH KEADAANMU." ~ Jackie Chan ~ .

Tidak ada yang tidak mungkin, jika kita mau berjua

Labels: , ,

14 December 2015

Reaksi Suami Terhadap Foto Sexy Istri

Victoria Caroline Haltom adalah fotografer yang menekuni foto perempuan dalam balutan busana seksi. Lewat Victoria Caroline Boudoir, banyak perempuan menggunakan jasanya. Termasuk seorang ibu rumah tangga dari Texas.

Sebut saja namanya A. Usianya 40-an. Menurut Haltom, A ingin memberikan foto-foto dirinya sebagai hadiah untuk sang suami.Ibarat masakan,  pernikahannya mulai terasa agak hambar. Karenanya sedikit bumbu tambahan diperlukan.

Setelah pemotretan A berpesan pada Haltom agar mengedit fotonya supaya terlihat sempurna. "A melihat mataku sambil berkata 'Aku ingin kau mengedit semua selulit, stretch mark, lemak, dan kerutan. Hilangkan semua. Aku ingin merasa cantik'."

Cerita Haltom itu dilansir Pop Sugar. Ini bukan pertama kalinya Haltom mendapat permintaan serupa. Jadi Haltom setuju melakukannya. A lalu memberikan foto-foto yg sdh di-edit tersebut sebagai hadiah Natal kepada suaminya.

Tak lama kemudian, Haltom mendapat surel (email) dari suami A.
Atas sepengetahuan pasangan tersebut, Haltom membagikan isi surat tersebut melalui akun Facebooknya. Isinya sangat INSPIRATIF. Begini isi surat tersebut :

Saat saya membuka album yang diberikannya, hati ini seolah tenggelam. Foto-foto itu bagus, jelas sekali Anda seorang fotografer berbakat.

Tapi itu bukan istri saya. Anda menghilangkan seluruh "cacat"-nya. Saya tahu, Anda melakukan ini atas permintaannya, namun ini sama saja dengan menghilangkan hidup yang kami lewati bersama.

Saat Anda menghapus stretch mark, Anda melenyapkan dokumentasi anak-anak kami. Saat Anda menghapus kerut di wajahnya, hilang sudah dua dekade yang kami lalui dengan tawa juga khawatir. Ketika Anda menghapus selulitnya, Anda menghilangkan hobi memasak, dan makanan enak yang kami santap bersama.

Saya tidak menulis ini untuk membuat Anda merasa bersalah. Saya menulis ini untuk berterima kasih.

Foto-foto ini menyadarkan bahwa saya tak cukup memujinya, mengatakan betapa saya mencintai istri saya apa adanya. Begitu jarangnya sampai ia berpikir foto yang di-edit ini adalah gambaran dirinya yang saya suka. Saya harus berusaha lebih baik lagi, mencintainya dengan segala ketidaksempurnaan yang ia miliki.

Terima kasih telah mengingatkan saya.

Usai membaca surat tersebut, Haltom berurai air mata. Ia memendam rasa bersalah 6 bulan lamanya sebelum memutuskan untuk membagikan kisah INSPIRATIF ini.

Dilansir Buzzfeed, sejak saat itu, Haltom tak mau lagi meng-edit total foto klien. "Ternyata perempuan cukup meng-apresiasi fakta bahwa saya dapat menerima mereka apa adanya," ujar Haltom.

Layaknya koin memiliki dua sisi. Anda bisa juga menganggap kisah yang dibagikan Haltom hanya upaya publikasi belaka. Tapi Haltom menilai itu justru menunjukkan betapa pentingnya pesan dari kisah tersebut baik bagi perempuan maupun laki-laki.

Semoga kisah ini bisa meng-inspirasi ibu2 utk selalu bersahaja dan berjalan apa adanya serta senantiasa bersyukur.

Kita harus bisa memahami dgn benar apa perbedaan antara MENYUKAI dan MENCINTAI.

Selamat siang Frens !😊👌

Labels: ,

04 December 2015

Michael Jordan

Balas Balas ke Se

Labels: ,