11 September 2008

Benih yang Kau Tanam Harus Mati

“Aku berkata kepadamu: sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh kedalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah” (Yohanes 12:24)


Saat Yesus menggunakan ilustrasi mengenai sebuah benih yang jatuh ke tanah, sesungguhnya Yesus sedang memberitahukan kematianNya yang akan datang dan buah yang akan dihasilkan dari pengorbananNya. Benih yang ditanam harus mati dulu sebelum menghasilkan benih yang berlipat ganda, kita akan berbuah hanya jika kita mau berkorban. Seperti janda Sarfat yang memberikan dari kekurangannya namun akhirnya diberi kelimpahan (1 Raja-raja 17:7-16). Ditengah-tengah resesi, dimana tanah menjadi kering dan gandum tidak ada lagi, janda ini mempunyai makanan hanya untuk hari ini, yang sesudah ia dan anaknya memakannya, mereka akan mati. Tuhan terkesan dengan pemberian janda itu karena Ia melihat hati yang sepenuhnya percaya kepada Tuhan sebagai pemeliharanya. Banyak orang yang hidup dalam kemiskinan atau pas-pasan yang tidak berani untuk memberi karena takut kekurangan pada akhir bulan.

Sekalipun saudara masih berkekurangan jangan hal itu menhambat saudara untuk tetap menabur. Walau dengan keadaan yang kurang tetaplah menabur. Kalau kita hanya memperhatikan keadaan kita maka kita tidak akan pernah mau menabur, saudara tidak akan berani memberikan perpuluhan atau korban saudara (pengkotbah 11:4, “Siapa senantiasa memperhatikan angin tidak akan menabur; dan siapa senantiasa melihat awan tidak akan menuai”). Saudara mungkin berpikir, Tuhan apa yang hendak Engkau lakukan terhadap kami? Mengapa kami harus memberi disaat kami kekurangan dan tidak mempunyai apa-apa?” Jangan engkau memandang keadaan sekitarmu apabila engkau menabur. Sebab tuaian yang besar ada di hadapan kita.

Sejalan dengan pertumbuhan iman, kita juga harus menabur dalam pekerjaan Tuhan. Dan apa yang kita tabur tidak harus selalu berupa uang atau harta, tetapi bisa juga waktu, tenaga, pikiran atau hal-hal yang lain. Yang jelas yang kita tabur adalah sesuatu yang dapat mendukung dalam pekerjaan Tuhan. Saudara dapat menabur di gereja atau di persekutuan-persekutuan doa, memberi pada orang miskin, bahkan apabila saudara memindahkan seseorang dari kegelapan masuk dalam terang Allah, saudara telah menabur. Segala sesuatu yang sudah kita tabur jangan kita ungkit-ungkit, sebab kalau tidak demikian maka apa yang kita tabur akan sia-sia. Memang saat kita menabur tidak selalu lancar, kadang-kadang saat kita menabur disertai air mata, seperti yang firman Tuhan katakan:”Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai denga bersorak-sorai…(Mazmur 126:5-6). Tetapi perlu kita ingat, bahwa apa yang kita tabur tidak akan sia-sia, tetapi akan kembali berlipat ganda bahkan sampai seratus kali lipat sesuai dengan pertumbuhan iman kita.

Untuk itu janganlah kita putus asa, sebab apa yang tidak pernah kita dengar ataupun kita lihat, bahkan apa yang tidak pernah timbul dalam hati kita, semuanya akan disediakan Allah. Dengan demikian, maka kita akan disebut orang yang berhasil, bahagia an penuh dengan damai sejahtera.


Yesus mendorong murid-murid untuk memperbesar visinya: “Engkau tidak dapat menaruh anggur yang baru kedalam kirbat anggur yang lama.” Yesus berkata bahwa anda tidak dapat mencapai kehidupan yang hebat dengan sikap seadanya. Pelajaran tersebut tetap relevan sampai hari ini. Kita ditentukan oleh kebiasaan kita, dipengaruhi oleh perspektif kita dan terbentur oleh cara berpikir kita. TUHAN sedang mencoba sesuatu yang baru, namun apakah kita bersedia berubah, bersedia memperluas dan memperbesar visi kita; kalau tidak, kita akan kehilangan kesempatan dariNya (Lukas 5:37-38)

Sumber : Buku Panduan DOa Puasa 40 Hari ( Tema HARVEST TIME )

Labels: , , ,

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home