20 September 2008

Tidak Bersungut-sungut

“ Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan ! Sekali lagi kukatakan : Bersukacitalah ! hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat ! Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. “ ( Filipi 4 : 4 – 7 )

Kata “ bersukacita “ merupakan klimaks daripada pertumbuhan rohani kita. Permulaan akan sukacita diawali dari iman yang telah diberikan Tuhan kepada kita. Karena dengan imanlah maka segala ketakutan, kecemasan dan kekuatiran akan hilang. Tuhan memberikan iman dan Dia juga melengkapi kita dengan pengharapan supaya kita bersikap optimis untuk melihat masa depan yang penuh dengan keberhasilan dan Dia melengkapi kita dengan kasih yang mana sebagai manifestasinya adalah sukacita. Lawan daripada bersukacita adalah bersungut-sungut. Bangsa Israel adalah bangsa yang dicintai, dikasihi, dibimbing dan diberkati Tuhan namun tetap bersungut-sungut setiap hari. Walaupun banyak mujijat yang telah mereka lihat tetapi ucapan syukur tidak pernah keluar dari mulut mereka, baca Keluaran 14 : 11 “ Apakah karena tidak ada kuburan di Mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini ? Apakah yang kau perbuat ini terhadap kami dengan membawa kami keluar dari Mesir ?” Seharusnya bangsa Israel tidak bersungut-sungut atau menggerutu saat menghadapi persoalan; tetapi mereka harus berdoa kepada Tuhan. Memang saat itu bangsa Israel menghadapi jalan buntu, tetapi Tuhan tidak tinggal diam. Tuhan memerintahkan Musa untuk mengangkat tongkatnya sehingga seluruh orang Mesir yang sedang mengejar terkubur dalam laut Teberu ( disaksikan tiga juta orang ).

Ternyata, dengan berbagai mujijat yang terjadi tidak cukup untuk mengubah sikap bangsa Israel untuk tidak bersungut-sungut tetapi justru semakin menjadi-jadi. Oleh karena itu, melalui sikap daripada bangsa Israel telah tampak bahwa mereka senang hidup dalam perhambaan, tindakan maupun tekanan daripada menjadi orang merdeka.

Saudara, apabila kita membaca pada ayat maupun pasal berikutnya,maka kita hanya mendapatkan persunguta demi persungutan yang dilakukan oleh bangsa Israel. Mereka tidak sadar bahwa yang mereka lakukan telah membuat mereka tidak pernah memiliki apa yang disebut dengan sukacita. Selain itu, dalam keadaan yang demikian, mereka malah berani melawan Tuhan dengan membuat patung anak lembu emas untuk disembah, tatkala Musa sedang berdoa di atas gunung untuk bersekutu serta mencari kehendak Tuhan. Bangsa Israel tidak sabar saat menantikan Musa untuk turun dari gunung.

Bukankah hal demikian juga sering dilakukan oleh orang Kristen, yang mana kerapkali tidak sabar dalam menantikan musim menuai ( janji Tuhan untuk digenapi dalam kehidupan mereka ), justru sikap bersungut-sungut atau menggerutu yang sering dilakukan saat menghadapi tantangan. Oleh sebab itu, melalui kisah diatas biarlah menjadi pelajaran dalam kehidupan kita, yaitu supaya kita tidak bersikap seperti yang bangsa Israel lakukan.

Kata-kata pujian, tidak cukup hanya ada dibenak kita saja; kita harus mengekspresikannya. Ada ungkapan lama yang mengatakan : “Cinta bukanlah cinta sampai ia diucapkan. “ Jangan mau jadi penerima saja; tetapi jadilah seorang pemberi. Apabila anda menanggalkan masalah pribadimu dan mulai membantu orang lain, maka anda menjadi tidak kuatir akan kebutuhanmu. Sesuatu yang ajaib terjadi manakala kita tidak berfokus pada diri sendiri, melainkan kepada kebutuhan orang-orang disekeliling kita. ( Amsal 31 : 9 )

Sumber : Buku Panduan DOa Puasa 40 Hari dengan tema HARVEST TIME

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home